Rabu, 10 September 2014

Mana Dia? Tiada.

Mana dia payung tempat aku berteduh, kalau payung yang aku pegang sudah kebocoran tidak lagi boleh ditampal-tampal.

Mana dia dataran tempat untuk aku berpijak, kalau dataran sekarang dipenuhi air yang tidak berhasrat walau sedikitpun untuk surut.

Mana dia sampan alat untuk aku berlayar, kalau sampan yang aku naiki sudah karam; yang aku duduki cuma sekadar sebatang pisang yang menunggu masa untuk tenggelam.

Mana dia sinar mentari cahaya untuk aku lihat masa hadapan, kalau sepanjang hariku cuma mampu menghadap hujan dari pagi hingga kembali ke pagi dari hari ke hari.

Mana dia semuanya? Tatkala aku bertanya, tatkala aku bersuara, kau hanya mengatakan "Iya," tanpa memberikan apa-apa untuk aku mulakan kembali; setelah aku jatuh lagi dan lagi, berkali-kali.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
We're not friends. We're not enemies. We're just strangers, with some memories...

Suka Tak?

Yang Menghidupkan Hidup